Rahasia Make-Up Pengantin 12

Rugayah berulang kali memuntahkan sesuatu hitam yang keluar dari mulutnya, bau anyir menyeruak di ruangan tersebut. Aisyah tetap membantunya, tanpa ada rasa jijik sedikitpun. 

Pardi yang ingin mendekati Rugayah, di tahan oleh Kyai Mahmud. 

" Jangan biarkan Aisyah yang membantunya, kalian bukan lagi mahrom."

Pardi mengangguk, dan Kyai Mahmud kembali melantunkan lafal ayat-ayat Al Qur-an. 

Halimah masih menangis, Pardi pun mendekap putrinya, berusaha menenangkannya. 


Hingga akhirnya Rugayah merasa lega, tubuhnya terasa ringan. 

"Kembalilah esok kemari, tak bisa di lakukan hanya sekali. Ibu Rugayah sudah banyak menelan barang kotor, dan itu semua perbuatan jin, setelah ini bertobatlah nasuha, dan jangan mengulanginya lagi. Jin hanya membawa manusia dalam kesesatan."

Rugayah mengangguk seraya menangis, menyesali apa yang telah di lakukannya. Tak ada kata sepatah pun yang keluar dari mulutnya. Hanya ungkapan kekecewaan dalam hatinya. 

"Tega sekali, Mak Sarinah, yang kuanggap orangtuaku, menyesatkanku."

Pardi pun mengajak Rugayah dan Halimah untuk berpamitan, dan berjanji untuk kembali ke esokan harinya. Namun sebelumnya, Pardi menyerahkan selembar amplop berisi uang yang di tolak oleh Kyai Mahmud. 

Di dalam perjalanan pulang, ketiganya hanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Halimah tak mau sedikit pun lepas dari ibunya. 


Sesekali Rugayah mencuri lihat kearah Pardi, dari kaca spion mobilnya. Terbersit arah penyesalan telah berpisah dengan Pardi. 

Rugayah tak memungkiri, masih ada perasaan cintanya pada Pardi. Namun keserakahannya dulu telah memisahkannya dari lelaki yang di cintainya. 

Sampai di rumah, Pardi langsung berpamitan untuk bekerja, dan berjanji, dirinya akan kembali esok untuk mengantar Rugayah kembali ke berobat di tempat Kyai Mahmud. 


Rugayah mengantar Pardi, hingga ke teras rumahnya, ucapan terimakasih mengalir dari mulutnya, tak ada kata kasar, yang biasa di lontarkannya. 


Hari beranjak siang, Rugayah masih memikirkan semua yang telah di lakukannya. Hingga ia teringat telah berniat jahat pada Menik, tetapi kebaikan Pardi membuat dirinya merasa bersalah. 


Rugayah memutuskan untuk pergi ke rumah Pardi menemui Menik. Ketika Halimah putrinya menemuinya di kamarnya. 


"Ma! Ini teh hangat, di minum ya Ma, biar perut Mama hangat."


Halimah memperhatikan Rugayah yang tampak rapi. 


"Lho! Mama mau kemana, kok rapi, kan Mama harus banyak istirahat." 


"Mama mau ke rumah Tante Menik, alias ke rumah Ayahmu. Ada yang ingin Mama sampaikan pada Tante Menik."


Halimah tertegun tak percaya, selama ini, Mamanya tak pernah mau bertemu dengan istri Ayahnya, namun sesaat Halimah teringat sesuatu. 


"Ma! katakan pada Halimah, Mama mau apa, ingin bertemu Tante Menik."

"Ini urusan orangtua Halimah, Halimah gak perlu tahu."

Rugayah sudah hendak pergi, ketika Halimah menghalanginya. 

"Halimah! "

"Ma! Jika Mama ingin bertemu Tante Menik karena ingin meminta maaf, kalau Mama pernah ingin menggugurkan kandungan Tantenya Menik, Halimah akan izinkan. Tapi jika Mama, ingin menyakiti Tante Menik lagi. Sebaiknya jangan Ma."


"Halimah! " Rugayah membentak Halimah, tak pernah di duganya kata-kata itu akan terlontar dari mulut putrinya. 


Halimah tertunduk takut. 


Dada Rugayah bergemuruh. 


"Apalagi yang kamu ketahui tentang Mama, Nak, sampai Halimah bisa berkata seperti itu."


Halimah memilih diam. 


"Katakan Halimah! katakan! "


Sekali lagi Rugayah membentak putrinya. 


"Ha.. Ha.. Halimah gak sengaja Ma, waktu itu mendengar pembicaraan Mama dengan Nenek, kalau Mama, akan menyuruh Mbok Parinem menggugurkan kandungan Tante Menik," Jawab Halimah dengan perasaan takut. 


Rugayah terduduk diam tak menyangka putrinya tahu, kebusukan apa yang di rencanakannya. Rasa malu hinggap di  hati Rugayah. 


"Lalu..? " tanya Rugayah dengan menahan isaknya. 


"Halimah memberitahu Tante Menik, dan meminta maaf untuk Mama. Tapi, Mama gak usah kuatir, Tante Menik sudah memaafkan Mama dan berjanji takkan memberitahu Ayah. Tante Menik, hanya meminta  Mama tak mengulanginya lagi, karena Tante Menik gak akan memaafkan Mama, bila Mama menganggunya lagi."


Rugayah tak mampu membendung tangisnya, Dia malu pada putrinya, selama ini, dia bukan ibu yang baik, Rugayah merasa egois, dan tak mengira Putrinya seorang anak yang baik. Meski tahu ibunya jahat, Halimah tak pernah meninggalkan dirinya. 


Halimah memburu ke arah Rugayah dan memeluknya erat, Halimah pun ikut menangis. 


"Maafkan Halimah Ma, Halimah hanya tak ingin Mama menanggung dosa karena perbuatan Mama, Halimah sayang sama Mama."


Kali ini Rugayah benar-benar tersentuh dengan ucapan putrinya. 


Meski begitu, Rugayah tetap menemui Menik untuk meminta maaf. 


Tak di sangka Rugayah, Menik menyambut hangat kehadirannya, tak ada kata-kata kasar atau makian, atas apa yang sudah dilakukannya. Membuat Rugayah merasa sangat bersalah. 


Rugayah pulang dengan hati lapang, dan berjanji akan menemani Menik yang tinggal menunggu untuk lahiran nantinya. 


Halimah pun ikut senang, melihat Mama dan ibu sambungnya bisa berbaikan. 


----------------


Di tempat lain.. 


Sementara sebelumnya, Pardi yang sudah di beritahu Rugayah tentang Ayahnya, akhirnya menyerah dan membiarkan Ayahnya untuk menikah dengan Mak Sarinah. Setelah nasehat yang di berikannya untuk tak berhubungan dengan Mak Sarinah tak di gubris  dan hanya jadi sebuah pertengkaran dengan Ayahnya. 


Dan Hari ini, Hari pernikahan Mak Sarinah dengan juragan Danu. Meski hanya menikah secara siri. 


Mak Sarinah juga tak memberitahu Rugayah. Dia tahu, Rugayah sama sekali tak menyukai Juragan Danu. Mak Sarinah yang lagi kasmaran, tak ingin berdebat dengan keluarganya hanya karena mereka nantinya akan melarangnya. 


"jika aku telah menikah, maka mereka takkan lagi bisa menentangku," Batin Mak Sarinah. 


Pernikahan itu dilakukan secara sederhana dan di rumah juragan Danu, hanya ada beberapa tamu dan tetangga yang di undang.


Mak Sarinah tampak cantik dengan balutan kebaya modern, dan dengan memakai riasan pengantin yang di buatnya sendiri. 


Juragan Danu tersenyum, merasa pangling melihat wajah Mak Sarinah yang terlihat berbeda, dan lebih cantik dari biasanya. 


Tamu yang hadir berbisik-bisik melihat Mak Sarinah. 


Hingga menjelang ijab Kabul, saat itulah di tempat lain, Rugayah sedang berobat pada kyai Mahmud. 


Ketika penghulu ingin melaksanakan ijab Kabul, tiba-tiba Mak Sarinah kesakitan, pundaknya terasa berat, dan hawa panas merasuki tubuhnya. 


Wajahnya terasa sangat gatal dan panas. Juragan Danu terkejut melihat keadaan Mak Sarinah. 


"Kenapa Sayang? Kenapa?" karena panik, Juragan Danu tak sadar memanggil Mak Sarinah dengan Panggilan mesranya pada Mak Sarinah, bila mereka sedang berduaan."


Beberapa orang membantu Mak Sarinah, namun ada juga yang masih sibuk bergunjing. 


"Argh! " Mak Sarinah masih tak tahan dengan gatal di wajahnya, akhirnya meminta jeda, dan memohon agar pernikahannya di tunda dulu. 


Juragan Danu membantu Mak Sarinah, ke dalam ruangan di rumahnya. 


Mak Sarinah sibuk mencari sesuatu di kotak tata riasnya. Hingga ketika menemukan pil hitam miliknya, dengan terburu-buru Mak Sarinah menelannya. Bau anyir pil menguar, tercium oleh Juragan Danu. 


"Hoek! " Juragan Danu berusaha menahan mual di perutnya. 


"Obat apa yang kau makan Sarinah, kenapa bau sekali ?" Ujarnya lalu bergegas berlari ke belakang menuju toilet rumahnya. 

Mak Sarinah tak menjawab, membiarkan tubuhnya merasa nyaman, namun wajahnya masih terasa gatal dan panas. 


Mak Sarinah menggaruk wajahnya dan bergumam sendiri. 


"Apa yang sedang di lakukan Rugayah hingga aku harus menahan sakit seperti ini. telepati seperti ini yang aku tak suka." 


Mak Sarinah merasa amat marah. 

"Gagal aku menikah dengan Kang Danu hari ini." gerutunya  lagi kesal. 


Tiba-tiba Juragan Danu yang baru kembali dari belakang berteriak, melihat ke arah Mak Sarinah. 

Bersambung...


By, Siska Ika

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak