"Argh! " Juragan Danu terlihat kaget melihat wajah Mak Sarinah terlihat berbeda dari yang sebelumnya di lihatnya.
"Kenapa Kang?" Mak Sarinah menatap Juragan Danu dengan perasaan bingung.
"Kamu Sarinah kan?" Juragan Danu balik bertanya.
"Iya Kang, ini Saya, Sarinah, emang kenapa Kang?"
Juragan Danu menarik tubuh Mak Sarinah ke arah cermin yang ada di ruangan tersebut.
Ekspresi wajah Mak Sarinah begitu terkejut melihat pantulan wajahnya di cermin.
Wajahnya yang telah terlihat muda, bersih, tanpa kerutan, kembali seperti semua.
Ada beberapa bopeng dan kerutan yang dulu pernah ada kembali hadir di wajahnya.
Di senyumnya wajahnya yang dulu.
"Apa yang terjadi dengan wajahku? Apa yang saat ini sedang di lakukan Rugayah? hingga wajahku kembali menua."
Banyak pertanyaan yang hadir di benak Mak Sarinah.
"Apa yang terjadi dengan wajahmu Sarinah?"
Pertanyaan Juragan Danu, mengagetkan Mak Sarinah, membuyarkan lamunannya.
Mak Sarinah berbalik perlahan, menatap kekasihnya Juragan Danu.
Tatapan Juragan Danu, seperti meminta penjelasan dari Mak Rugayah.
Mak Sarinah tertunduk, ingin menjelaskan, ketika anak buah Juragan Danu datang menemuinya.
Anak buahnya Juragan Danu, terlihat terkejut melihat Mak Sarinah, namun sesaat bisa mengatasi keadaan, dengan berpura-pura tak tahu.
" Maaf Tuan, Pak penghulu menanyakan, apakah pernikahan, akan di lanjutkan, karena beliau akan pergi menghadiri undangan lain, dan tamu undangan juga sudah gelisah."
"Bubarkan saja semua ! bubarkan! Aku tak jadi menikah," ujar Juragan Danu kesal dan kecewa.
Juragan Danu lantas pergi menuju ke belakang rumah, meninggalkan Mak Sarinah sendiri di ruangan tersebut.
Mak Sarinah ingin mengejarnya, namun dirinya terpukul dengan keadaan dirinya.
Akhirnya dengan berat hati, Mak Sarinah pulang ke rumahnya. Hatinya terluka dengan kejadian hari ini.
Mak Sarinah, amat marah dengan Rugayah.
"Tunggu kamu Rugayah, ini semua gara-gara kamu, akan kubalas kau nanti, aku akan membuat perhitungan denganmu, kamu sudah membuatku benar-benar malu hari ini," Mak Sarinah bergumam geram.
-------------
Pagi-pagi Pardi sudah datang ke rumah Rugayah, ingin kembali mengantar Rugayah, berobat pada kyai Mahmud.
Dari balik kamarnya Rugayah yang sedang bersiap-siap ingin pergi, mengintip Pardi yang sedang berbincang dengan Halimah.
"Andai Aku masih bersama Pardi, tentu Halimah akan bahagia memiliki keluarga yang lengkap. Maafkan Mama Halimah, ini semua salah Mama. Meski Mama, masih mencintai Ayahmu, tapi Mama tak berhak lagi memiliki Ayahmu."
Airmata ingin tumpah di wajah Rugayah, namun dengan cepat Rugayah menepisnya, dan berusaha menguatkan hatinya.
Rugayah segera keluar dari kamar.
"Ayo kita pergi, Aku sudah siap."
"Ma, wajahmu sudah tidak berkerut seperti kemarin, Ma! " ucap Halimah seraya berdiri menghampiri Mamanya.
"Iya Nak, dari kemarin Mama perhatikan, wajah Mama tak lagi terlihat begitu tua. Badan Mama juga sudah lebih baik, tak lagi berat dan panas."
"Syukurlah kalau begitu, setelah ini cepatlah bertobatlah Rugayah, tinggalkan pekerjaanmu. Carilah pekerjaan dan rezeki yang halal, " Ujar Pardi ikut senang dengan perubahan Rugayah.
"Iya Mas, terimakasih sudah mau membantuku."
"Ayo kita pergi ke tempat kyai Mahmud."
Pardi segera mengajak Rugayah dan Halimah pergi ke tempat kyai Mahmud.
------------
Lagi lagi Rugayah memuntahkan darah hitam setelah kyai Mahmud melafalkan ayat-ayat Al Qur'an.
Aisyah dengan sabar masih membantunya. Hingga akhirnya Rugayah merasa lega, dan tubuhnya terasa nyaman.
"Sekali lagi pesan saya, setelah ini jangan lagi bersekutu dengan jin. Jin hanya akan menyesatkan."
Rugayah mengangguk, air matanya kembali menetes. Rugayah berjanji dalam hati akan benar-benar bertaubat.
Sementara di rumah Mak Sarinah, yang sedang bercermin menatap wajahnya yang menua seperti semula dan tambah menua, tiba-tiba merasa kepanasan dan pundaknya terasa berat. Bersamaan dengan saat Rugayah berobat untuk bertaubat.
Mak Sarinah membongkar semua yang ada di kamarnya hingga mendapati pil yang di buatnya tinggal satu.
Tanpa ragu Mak sarinah memakan pil tersebut, hingga menunggu beberapa menit, pil itu tak bereaksi. Badan Mak Sarinah tambah panas dan berat, Mak Sarinah berlari ke dapur dan meminum air sebanyak mungkin, namun tubuhnya semakin panas.
Tiba-tiba Mak Sarinah melihat seperti bayangan anak-anak kecil dengan tubuh polos yang banyak di depannya seraya merangkak kearahnya dan berkata.
"Tolooong! jangan b*nuh aku! "
Suara itu menggema di telinga Mak Sarinah, berulang-ulang, dan anak-anak itu terus merangkak mendekat ke arahnya.
Mak Sarinah mengucek-ngucek matanya berharap bayangan itu segera hilang dari hadapannya, namun harapannya hilang, karena bayangan itu semakin nyata dan terus mendekatinya. Bahkan semakin bertambah banyak.
"Jangaaaan! Jangan dekati aku! " Mak Sarinah berteriak ketakutan.
Tak ada seorang pun yang mendengar teriakan Mak Sarinah. Mak Sarinah berlari ke belakang rumahnya. Anak-anak itu terus merangkak kearahnya, dan berulang kali berkata yang sama.
"Tolooong! jangan b*nuh aku! "
Mak Sarinah begitu ketakutan ingin pergi ke luar dari rumahnya, tetapi ketika Mak Sarinah berlari ke samping rumahnya, di mana terdapat sumur tua yang telah di tutupnya dengan selembar seng. Langkah Mak Sarinah terasa berat. Sumur itu rencananya akan di tutup oleh Mak Sarinah, namun airnya masih di ambil oleh tukang sewaktu merenovasi rumahnya.
Dengan napas ngos-ngosan karena usia. Tiba-tiba Mak Sarinah terkejut, anak-anak itu telah ada di depan dia. Dan anak-anak itu tersenyum menampakkan gigi taring seakan siap menggerogoti tubuhnya.
Mak Sarinah ingin berteriak, tetapi lidahnya kelu seakan tak dapat bersuara, dan saat tangannya menyentuh tengah sumur yang tertutup seng. Tanpa di sadarinya seng itu rapuh, tak mampu menahan beban tubuhnya.
Tubuh Mak Sarinah meluncur ke dalam sumur yang sangat dalam.
"Tolooong! " teriakan Mak Sarinah tenggelam oleh kedalaman sumur.
"Byuur! "
Sesaat Mak Sarinah merasakan ada banyak tangan-tangan yang menarik semakin dalam ke dalam ketika tubuhnya telah menyentuh air.
Hingga akhirnya Mak Sarinah mereg*ng nyawa.
-----------
Rugayah dan kedua anak Mak Sarinah yang datang dari kota lain menangis di makam Mak Sarinah yang masih merah.
Halimah yang mendampingi Rugayah pun tak kuasa meneteskan air matanya.
Satu persatu warga yang ikut melayat, pergi meninggalkan tempat pemakaman, di mana Mak Sarinah di makamkan.
Sebelum sudah beberapa hari Mak Sarinah tak terlihat, hingga Rugayah datang mencarinya untuk kedua kalinya meminta penjelasan. Namun saat itu rumah Mak Sarinah sepi, Rugayah tak mengerti karena saat itu rumah Mak Sarinah tak tertutup dan tak terkunci, bahkan jendelanya terbuka.
Dua hari kemudian, Rugayah kembali, masih mendapati keadaan rumah Mak Sarinah, masih sama seperti sebelumnya.
Bau bangkai yang menusuk hidung, membuat Rugayah curiga, bahkan ketika tetangga sebelah rumah pun menyadari Mak Sarinah tak terlihat dan tercium bau bangkai.
Beberapa warga mulai berdatangan mencari sumber bau dan akhirnya mendapati tubuh Mak Sarinah di dalam sumur dalam kondisi yang sudah membusuk. Warga menghubungi perangkat desa dan polisi pun hadir untuk menyelidiki.
Rugayah sangat histeris, karena sejahat apapun, Mak Sarinah adalah orang yang pernah merawatnya.
Setelah melalui penyelidikan tak ada tanda kekerasan dalam diri Mak Sarinah, Mak Sarinah pun di kuburkan, banyak warga yang bergunjing terkait kematian Mak Sarinah.
Setelah sekian lama, Halimah menyentuh tangan Rugayah mengajaknya untuk pulang, sesaat setelah anak-anak Mak Sarinah pergi.
Rugayah bangkit berdiri, perlahan meninggalkan kuburan Mak Sarinah, namun samar terdengar suara dari arah kuburnya Mak Sarinah. Suara Mak Sarinah berteriak.
"Tolooong! Ampuuuun! "
Rugayah menghentikan langkahnya menoleh ke arah kubur Mak Sarinah, tak terlihat apapun. Hanya kuburan sepi di sekeliling makam Mak Sarinah.
"Ayo Ma kita pulang! " Ajak Halimah lagi.
"Halimah dengar gak Nak ? ada suara Mak Sarinah."
"Halimah gak dengar apapun Ma, itu hanya halusinasi Mama. Ayo Ma, cepat kita pulang!"
Rugayah merasa merinding, lalu bergegas meninggalkan tempat itu bersama Halimah.
-------------
Kematian Mak Sarinah menjadi pukulan baru bagi Rugayah, Rugayah meninggalkan semua harta yang di dapatnya dengan cara merias pengantin.
Pardi berbaik hati memberikan Rugayah modal untuk membuka usaha. Rugayah menolak, namun Pardi dan Menik memaksanya.
Rugayah pun membuka usaha sembako di suatu pasar. Halimah senang melihat perubahan ibunya.
--------------
"Sarinah!" Juragan Danu menangis mendengar kabar kematian Sarinah.
Wanita yang sempat singgah di hatinya kembali itu, kini telah tiada, Juragan Danu seperti tersadar dengan Kematian Mak Sarinah.
Setelah merenung beberapa hari, hati Juragan Danu mulai terbuka dengan semua perbuatan yang pernah dilakukannya.
"Bapak akan berhenti menjadi Rentenir, Pardi."
Kata-kata Juragan Danu membuat Pardi terkejut sekaligus senang.
Tadinya Pardi bingung kenapa bapaknya ingin bertemu dengannya.
"Bapak ingin bertaubat Danu, tak ingin lagi memeras warga dengan yang Riba. Bapak ingin menjadi orang yang lebih baik di masa tua Bapak."
"Syukurlah Pak, kalau bapak sudah sadar."
Juragan Danu ingin menangis, namun di tahannya, dirinya tak ingin terlihat lemah di hadapan putranya.
Setelah berbincang lama, Pardi pamit pulang dan bersujud syukur, setelah sekian lama Bapaknya mau bertaubat.
----------
Beberapa hari telah berlalu.
Di suatu tempat, di sebuah goa yang sepi, di suatu kampung, terlihat Mbok Parinem yang tak lain teman dari Mak Sarinah dan Evi mantan asisten Rugayah sedang bersemedi di goa tersebut.
"Mbok yakin, dulu Mak Sarinah sering melakukan ritual di sini?"
"Iya! Percaya sama saya. Nanti pasti kamu bisa kaya dengan merias pengantin menggantikan Rugayah."
"Tapi Mbok, saya gak akan mau jadi tumbal Mbok Parinem."
"Gak akan Vi, saya cari uang, bukan cari lelaki."
"Baiklah Mbok, ayo kita melakukan ritual lagi."
Mbok Parinem dan Evi yang ingin kaya dengan jalan pintas melakukan jalan sesat seperti yang di lakukan Mak Sarinah dulu.
Tamat...
By, Siska Ika