Rahasia Make-Up Pengantin 2

"Halimah itu sudah tambah besar, nalarnya sudah semakin kuat. Sebaiknya kami hati-hati rugayah. Ini tehnya, kamu mau manis?" Ujar Mak Sarinah seraya tangannya sibuk membuatkan minuman untuk Rugayah keponakannya. 

"Iya Mak, manis aja, Rugayah juga kaget tiba-tiba Halimah berkata seperti itu. Rugayah takut Halimah bakal cerita ke teman-temannya atau cerita ke Ayahnya."

Saat ini Rugayah sedang berkunjung ke rumah Mak Sarinah yang merupakan kakak ibunya. Yang merawat dirinya setelah kedua orangtuanya tiada. Dan Rugayah biasa memanggil kakak ibunya dengan Panggilan Mak Sarinah. 

Mak Sarinah berjalan mendekati meja di ruangan tersebut dimana Rugayah sedang duduk dan menyodorkan minuman pada Rugayah. 


"Gak mungkin Halimah cerita pada teman-temannya, anak itu juga pasti tahu mana yang baik untuk di ceritakan. Kamu gak usah khawatir. Mak cuma takut, Halimah menghalangi jalanmu dan tak mau terima apa yang kamu lakukan. Dan satu hal Mak takut kalau Halimah cerita sama Parji Ayahnya."


"Iya Mak itu yang saya pikirkan, meski saya sudah wanti-wanti sama Halimah agar tak cerita pada Ayahnya, dan selama ini sih aman- aman saja, oh ya gimana lipstick yang saya pesan sudah ada Mak? "


"Ada, sudah ada 3 yang Mak siapkan, beberapa hari ini, Mak gak ada pasien jadi belum bisa bikin lipstick lagi. Dan mungkin semingguan ini Mak repot renovasi rumah. Besok tukang mulai kerja. Jadi Mak belum bisa ngelakuin ritual dulu."


Mata Rugayah seketika nanar memperhatikan sekeliling rumah Mak Sarinah yang terlihat mewah dan telah di renovasi sebagian. Rumah yang dulu gubuk, kini mulai berubah perlahan-lahan. Selama ini dia turut handil menyetorkan sebagian penghasilannya merias pengantin untuk Mak Sarinah, yang membuatkannya lipstick pengantin dan perlengkapan merias pengantin. Mak Sarinah lah orang yang merekomendasikan dan membantu dirinya sebagai perias pengantin setelah dua tahun berpisah dengan suaminya. 


"Mak, Rugayah juga mau renovasi rumah jadi sebagus rumah Mak, tabungan Rugayah juga sepertinya sudah cukup buat renovasi rumah. Biar mata bang Parji terbelalak, dan nyesal ninggalin Rugayah cuma demi Menik janda gatal itu."


"Kamu masih dendam sama suamimu? biarin aja, toh kamu bisa hidup enak tanpa dia, oh ya Ngomong-ngomong Rugayah sudah dengar kalau Menik itu hamil."


Rugayah yang sedang menikmati tehnya menghentikan aktivitasnya, raut wajahnya terlihat tak suka. 


"Mak tahu darimana Menik hamil?"


"Dari Mbok Parinem, sudah Jalan lima bulan, Menik urut kehamilannya pada Mbok Parinem."


Wajah Rugayah terlihat cerah. Terpikir sesuatu hal yang jahat di benaknya. 


"Mbok Parinem kan sahabatnya Mak, bisa gak kira-kira tolong Rugayah balas dendam Mak."


Mak Sarinah tersenyum penuh arti. 

"Mak sudah bisa nebak, apa yang kamu pikirkan. Setahu Mak, Mbok Parinem itu orangnya masa bodoh dan  dia mata duitan. Kalau kamu mau keluar uang banyak, Mak yakin dia mau bantu."


"Beneran Mak, tapi apa gak apa-apa Mak?"

"Jangan khawatir, Mak gak akan sebut namamu. Lewat Mak saja. Lagian Mak tahu rahasia kejahatan Mbok Parinem. Jadi Mbok Parinem gak akan berani macam-macam."


"Terus gimana dengan janinnya."

"Itu urusan Mak dengan Mbok Parinem, kamu tahu beres aja."


Rugayah terlihat senang. 

"Tak apa kali ini aku keluar uang banyak, rasakan Menik, aku akan jadikan kamu tumbal penghasilanku,"


Rugayah menghabiskan tehnya dan berniat hendak pergi ketika Mak Sarinah menahannya. 


"Saran Mak untuk Halimah, sebaiknya kamu ajak jalan-jalan dia. Belikan apa yang dia mau. Biar hatinya senang, jangan terlalu pelit sama anak."


"Rugayah masih mau nabung Mak buat renovasi Rumah, dan membeli mobil. Rugayah mau memperlihatkan pada bang Parji. Bahwa Rugayah mampu hidup mewah tanpa Bang Parji."


"Boleh, Mak setuju, tapi kamu senangin dulu Halimah, biar Halimah mengerti kalau hidup ini butuh uang dan tidak lagi mengungkit pekerjaanmu. Halimah itu masih labil masih bisa kita kendalikan."


Rugayah mengangguk, menyetujui saran Mak Sarinah. 


Rugayah selalu mendengarkan apa kata Mak Sarinah yang sudah dianggap orang tua kandungnya sendiri. 


Sementara Mak Sarinah hidup sendiri setelah suaminya meninggal. Dua orang anaknya telah menikah dan hidup di lain kota. 


--------------------


"Wah bagus banget Ma kalung ini, Halimah suka."


Rugayah tersenyum ikut senang. 

Tapi sepintas kemudian Halimah menggelengkan kepalanya. 

Halimah mengembalikan kalung tersebut pada penjualnya dan menarik tangan Rugayah menjauhi toko emas tersebut. 


"Kamu ini kenapa sih Halimah? kalau memang kamu mau biar Mama belikan."

"Tapi Mama belikannya pakai uang hasil Mama merias pengantin kan."


"Iya, memangnya kenapa?"


"Halimah gak mau Ma, apa yang Mama lakukan itu dosa. Halimah mau pulang saja."


Halimah berbalik meninggalkan Rugayah. 


"Halimah tunggu! "


Halimah terus berjalan dan kemudian berlari meninggalkan Rugayah. 


Rugayah berusaha mengejar putrinya, namun Halimah menghilang dari pandangannya. 


Sementara Halimah telah berada di dalam angkot menuju rumahnya. 


--------------


Rugayah pulang dengan hati yang kesal. Namun ketika dia hendak memasuki halaman rumahnya ada beberapa orang yang sepertinya menunggu dirinya di halaman rumahnya. 


Dan ada Halimah anaknya yang telah pulang lebih dulu menyambut mereka. 


"Itu ada Mama saya, tanya sendiri pada Mama saya." Ujar Halimah lalu masuk ke dalam rumahnya. 

Rugayah mempersilahkan tamunya masuk ke rumahnya. Dan sudah menduga keperluan mereka. 


"Iya Mba Rugayah, saya mau pakai jasa Mba Rugayah untuk jadi perias pengantin anak saya,"  Ujar seorang ibu yang datang bersama anak gadisnya. 

"Saya juga Mba, datang ke sini mau pakai jasa Mba Rugayah untuk jadi perias pernikahan saya," Salah seorang tamu Rugayah berucao juga. Seorang perempuan cantik yang berdandan menor di temani seorang laki-laki. 


"Oh baiklah tapi jadwalnya gak bersamaan kan?"


"Itu dia Mba, tadi kami sempat ngobrol ternyata acara kami bersamaan. 


" Saya yang duluan datang kemari Mba Rugayah. Saya juga berani bayar mahal. Karena sudah mendengar reputasi Mba Rugayah," Ujar ibu tua memakai hijab yang membawa anak gadisnya. 


"Yah, gak bisa begitu Bu, saya juga perlu,  saya cuma mau di rias sama Mba Rugayah untuk pesta pernikahan saya nanti. Ya kan Mas?" Ucap wanita yang berdandan menor seraya meminta persetujuan pada lelaki yang duduk di sampingnya. 


"Iya Mba, saya juga berani membayar mahal asal Mba Rugayah yang menghias calon istri saya," Lelaki itu angkat bicara. 


"Lho tapikan saya yang duluan datang."


Akhirnya terjadi perdebatan di antara kedua orang tersebut. 


Rugayah melirik ke arah gadis yang duduk di sebelah ibu yang memakai hijab, yang masih berdebat. 


Gadis itu tampak menatap tajam ke arah Rugayah, seperti memperhatikan sesuatu. 

Jantung Rugayah tiba-tiba berdebar kencang, keringat dingin membasahi tangannya. 


"Ibu, gak apa-apa Bu, sebaiknya kita mengalah, biar Mbak ini yang memakai jasa Mba Rugayah, kita cari yang lain saja," Tiba-tiba gadis itu berucap. 

Ibu gadis itu masih berniat mempertahankan Rugayah, namun gadis itu menggoncang tangan Ibunya memaksa untuk pergi dari situ. 


Bersambung.

By Siska

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak