Rugayah memperhatikan wajahnya di depan cermin, dan mulai menyadari ada kerutan di wajahnya.
"Apa karena usia ku yang sudah kepala tiga ya, kok wajahku sudah ada kerutan? Atau make-up yang ku pakai tak cocok? Sepertinya aku harus pergi ke dokter kecantikan,"
Rugayah bergumam sendiri, seketika menepis pikirannya saat menyadari waktu yang semakin beranjak.
Rugayah segera menyudahi dandanannya dan bergegas mengambil tas Make-upnya. Hari ini ada job untuk merias pengantin dan Rugayah bersemangat untuk pergi.
Namun dirinya terkejut ketika membuka pintu rumahnya, menyadari ada Pardi atau supardi, mantan suaminya yang tak lain ayah Halimah. Karena asyik berdandan Rugayah tak menyadari suara motor Pardi yang berhenti di halaman rumahnya.
( maaf namanya saya ganti)
"Mau apa lagi kamu kemari! Halimah sudah pergi sekolah." Ujar Rugayah ketus.
"Ini, aku titip ini buat Halimah, dari menik, ini kesukaan Rugayah," Ujar Pardi seraya menyerahkan sebuah bungkusan pada Rugayah.
"Hmm... Baiklah, tapi kasih tahu Menik, lain kali gak usah sok perhatian pada Halimah," Rugayah menerima bungkusan di tangan Pardi dengan kasar lalu meletakkannya di atas meja ruang tamu.
Pardi yang tak ingin ribut cuma menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah, satu lagi aku mau izin sama kamu, saat ini Menik lagi hamil, bisa gak beberapa hari Halimah tidur di rumah untuk menemani Menik, aku ada tugas keluar kota, cuma tiga hari, dan aku gak mungkin ninggalin Menik sendirian di rumah."
Rugayah menatap Pardi, lelaki yang dulu pernah di cintai, dan kini perasaannya pun masih sama. Namun kini Pardi bukan lagi miliknya.
"Yah.. Baiklah, tapi tanya sendiri pada Halimah, apa di mau." Rugayah menjawab dengan suara kasar.
Pardi tersenyum senang.
"Aku yakin Halimah pasti mau."
"Ya sudah pergi sana, aku juga harus pergi kerja," Usir Rugayah.
Pardi mengangguk dan ingin berbalik menuju motornya yang terparkir di halaman rumah Rugayah, namun kembali memandang wajah Rugayah.
"Apa! "
"Tidak, hanya saja sebaiknya kamu jangan terlalu lelah Rugayah, dan banyaklah minum air putih, wajahmu terlihat lelah dan lebih tua."
"Gak usah urusin aku ya! Urus saja istrimu yang janda gatal itu."
"Tunggu saja, kau dan Menik akan kehilangan anakmu," Batin Rugayah, sambil menatap kepergian Pardi sinis
Pardi sekali lagi hanya menggeleng lalu berlalu dengan motornya.
Di jalan Pardi mengenang saat bersama Rugayah.
Istri yang dulu sangat dia cintai, namun Rugayah perempuan matrealistis yang selalu menuntut Pardi untuk memenuhi kebutuhan mewahnya.
Saat itu Pardi hanya bekerja sebagai perangkat desa yang bergaji kecil.
Ayah Pardi adalah seorang kaya di kampung mereka, yang hidup sebagai rentenir, dan banyak meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi, di kenal warga dengan panggilan juragan Danu. Ibu Pardi sendiri sudah lama tiada.
Karenanya Pardi tak ingin hidup dengan bantuan ayahnya, karena menganggap apa yang di kerjakan Ayahnya bukanlah hal yang baik.
Namun Rugayah tak mau tahu dan selalu mendesak Pardi untuk meminta warisan pada Ayahnya.
Hingga pertengkaran sering kali terjadi, Pardi lalu mengenal Menik, janda tanpa anak dan jatuh cinta dengan kesederhanaan Menik.
Dan akhirnya Pardi menceraikan Rugayah yang tak mau berubah dan menikah dengan Menik.
-----------------
Hari telah sore ketika Rugayah dengan tergesa-gesa menuju rumah Mak Sarinah, sepulang dari merias pengantin.
"Mak.. Mak! " Teriak Rugayah seraya masuk ke dalam rumah Mak Sarinah yang sedang di renovasi.
Beberapa orang tukang yang merenovasi rumah Mak Sarinah sedang bersih-bersih dan hendak pulang saling berbisik melihat kehadiran Rugayah.
Tak terdengar suara sahutan dari Mak Sarinah, hingga tak lama Mak Sarinah keluar dari kamarnya.
"Mak! " Rugayah yang melihat Mak Sarinah segera menarik tangan Mak Sarinah dan mengajak Mak Sarinah kembali ke kamarnya.
"Pundak Rugayah berat sekali Mak, Rugayah gak kuat dan ada hawa panas di tubuh Rugayah."
"Pasti pengantin yang kamu rias hari ini masih perawan, Mak sudah peringatkan kamu, untuk berhati-hati dan tidak mengambil orderan rias anak perawan."
"Iya Mak, Rugayah kecolongan lagi, dan pil dari Mak sudah habis. Biasanya kalau habis minum pil itu tubuh Rugayah netral lagi. Tolong Mak, apa Mak masih punya pil nya, Rugayah harus segera kembali, acaranya belum selesai."
Mak Sarinah menatap wajah Rugayah yang terlihat panik dan memelas, kemudian berdiri membuka sebuah lemari yang ada di kamarnya.
"Ini.. Mak masih punya dua, ambillah dan tunggu sebentar Mak ambilkan air minum."
Rugayah segera meminum salah satu pil pemberian Mak Sarinah dan tubuhnya berangsur-angsur normal.
"Gimana?"
"Sudah enakan Mak."
"Mak sudah peringatkan, berhati-hati, kalau bisa jangan ambil pengantin anak perawan, karena aura mereka masih hidup dan belum tersentuh, bila kamu meriasnya maka tubuhmu akan terasa panas dan pundakmu akan berat. Karena semua alat rias terutama lipstick itu, Mak buat dengan ritual yang tidak main-main, untuk menumbuhkan kecantikan dan pancaran aura."
"Iya Mak, lain kali Rugayah akan lebih berhati-hati."
"Pil itu untuk menangkal dewi aura yang marah padamu karena merias pengantin anak perawan. Tapi Mak sudah bilang beberapa hari kedepan ini Mak belum bisa buat lipstick dan pil lagi. Mak belum dapat pasien. Jadi Berhati-hatilah."
"Iya Mak, saya mengerti." Rugayah menatap wajah Mak Sarinah.
Tiba-tiba Rugayah menyadari kembali, wajah Mak Sarinah yang semakin terlihat muda.
"Mak, Rugayah perhatikan Mak semakin hari, semakin terlihat lebih muda. Mak pakai apa?"
Mak Sarinah tergagap mendengar penuturan Rugayah
"Ooh.. Eeh... Anu, karena Mak rajin ngelakuin ritual, jadi Mak terlihat muda."
"Apa benar seperti itu Mak? Rugayah pengen juga terlihat muda seperti Mak."
"Hmm... Sepertinya belum waktunya kamu melakukan ritual Rugayah, persyaratannya berat."
Rugayah mendengus perlahan.
"Tapi nanti ajarin Rugayah ya Mak."
"Iya, ya sudah pergi sana, pasti pengantinnya sedang menunggumu."
Rugayah mengangguk dan berniat pergi ketika teringat sesuatu.
"Oh ya Mak, gimana dengan Menik? Apa Mbok Parinem sudah ngelakuin yang kita suruh."
"Belum tahu, Mbok Parinem belum memberi kabar, tapi Mak sudah memberinya uang 20 juta seperti permintaanmu. Tunggu saja pasti nanti Mbok Parinem akan mengabari kita."
"Ooh ya sudah Mak, kalau begitu Rugayah pergi dulu."
Rugayah pun pergi meninggalkan rumah Mak Sarinah.
"Sepertinya aku harus segera ke kost-an germo Layla untuk mencari pasien. Sebelum Rugayah kehabisan alat make-up nya," Pikir Mak Sarinah.
-----------------
Mak Sarinah mematut dirinya di depan cermin dengan baju barunya.
"Aah.. Aku semakin cantik, Aku gak sabar untuk menggoda Kang Danu. Pasti Kang Danu tak akan menolakku. Cinta lama bersemi kembali."
Mak Sarinah terlihat senang, tangannya kembali membubuhkan bedak ke wajahnya, seraya bergumam sendiri. Wajahnya yang semakin hari semakin cantik tak menampakkan usianya yang sudah menginjak setengah abad.
Selesai berdandan dengan percaya diri Mak Sarinah mengambil tas yang ada di atas ranjang dan pergi keluar rumah dengan percaya diri.
----------------
Mak Sarinah meneliti ruangan besar di ruang tamu Kang Danu, atau juragan Danu yang merupakan Ayah Pardi.
"Rumahnya besar dan mewah sekali, pasti aku betah di sini kalau sudah jadi Nyonya Danu."
Mak Sarinah mesem-mesem sendiri, membayangkan dirinya jadi istri Juragan Danu, sampai tak menyadari Juragan Danu telah hadir di hadapannya.
"Ehem... Ehem.. Ehem!" Jurangan Danu pura pura batuk mengagetkan Mak Sarinah.
"Eh Kang Danu," Mak Sarinah spontan berdiri dari kursinya ketika menyadari kehadiran Juragan Danu.
"Apakabar Sarinah? Lama kita tak bertemu."
"Baik, Kang Danu bagaimana?"
"Aku baik-baik saja, kamu tidak terlihat tua. Malah semakin cantik."
Wajah Mak Sarinah memerah mendengar pujian dari Juragan Danu.
Dulu di masa mudanya, Mak Sarinah dan juragan Danu pernah menjalin cinta, namun putus hingga akhirnya mereka memilih menikah dengan pasangan masing-masing.
Bersambung...
By, Siska Ika