Mak Sarinah kembali duduk di kursinya di hadapan Juragan Danu yang tak henti memperhatikan dirinya.
Mak Sarinah tersipu malu mendengar pujian dari Juragan Danu.
"Benar Sarinah, kamu masih terlihat muda dan cantik seperti dulu, kamu tak berubah sama sekali. Aku gak nyangka kita masih bisa bertemu di saat umur kita sudah tak muda lagi. Aku seperti bernostalgia."
"Aah Kang Danu, kamu juga masih seperti dulu, masih suka ngerayu."
Suara Mak Sarinah terdengar manja membuat Kang Danu merasa melayang.
"Ha... Ha... Ha... Tapi itukan yang membuat dirimu dulu jatuh cinta padaku."
Mak Sarinah tertawa perlahan seolah mengiyakan ucapan Juragan Danu.
"Ku dengar dirimu telah lama menjanda."
"Iya Kang, sudah lebih 10 tahun. Suami Sarinah sudah tiada, kini Sarinah hidup sendiri, kedua anak Sarinah sudah berkeluarga dan hidup masing-masing."
"Sama Sarinah, istriku pun telah lama tiada, dan aku pun hidup sendiri."
Mak Sarinah mengangkat wajahnya, memberanikan diri menatap laki-laki yang pernah mengisi hatinya dan membuatnya jatuh cinta kembali.
"Oh ya, apa Sarinah kemari, ingin bertemu denganku, atau ada perlu yang penting."
"Hmm.. Sebenarnya, Sarinah pengen pinjam uang Kang, 20 juta aja, seminggu kemudian akan Sarinah kembalikan. Biar Akang kasih bunga tinggi sekalipun, Sarinah mau. Buat tambahan Sarinah merenovasi rumah."
Mak Sarinah menciptakan kebohongan, untuk alasan bisa bertemu dengan Juragan Danu. Dan hanya itu, ide yang ada di kepalanya, agar bisa bertemu Juragan Danu.
Juragan Danu tertawa, dan perlahan berdiri mendekati Mak Sarinah, duduk di sampingnya.
"Kalau untuk Sarinah, Saya tak bisa meminjamkannya, apalagi memberinya bunga, tapi Saya akan memberinya cuma-cuma."
Juragan Danu tersenyum, tatapannya menyiratkan hasrat yang terpendam.
Mak Sarinah teringat dulu di masa muda pernah menjalin hubungan spesial dengan Juragan Danu. Hubungan mereka kandas, Juragan Danu menikah dengan perempuan lain. Begitupun dengan Mak Sarinah yang juga akhirnya menikah dengan lelaki lain.
Setelah bertahun-tahun, Mak Sarinah bertemu lagi dengan Juragan Danu saat mengetahui, keponakannya Rugayah menikah dengan Pardi, anak Juragan Danu. Tanpa sepengetahuan Juragan Danu, Mak Sarinah mencari tahu kehidupan Juragan Danu dan mengetahui kalau Juragan Danu seorang Duda kaya, dan istrinya telah lama meninggal.
Juragan Danu sendiri seorang rentenir, yang meminjam uang dengan bunga yang tinggi, dan tak segan menyakiti atau mengambil harta peminjamnya yang tak mampu membayar.
Mak Sarinah pula yang mempengaruhi Rugayah, agar hidup dalam kemewahan, dengan memaksa suaminya meminta warisan pada mertuanya. Rugayah tak mengetahui kalau dirinya telah di manfaatkan oleh Mak Sarinah.
"Aku sepertinya menyesal dulu tak bisa menikahimu," Ujar Juragan Danu tiba-tiba seraya meraih tangan Mak Sarinah.
"Akang yang jahat, dulu tinggalkan Sarinah dan menikah dengan wanita itu."
"Yah, maafkan Akang, Sarinah, mungkin saat itu kita memang tak berjodoh, tapi sekarang, sepertinya takdir baik menghampiri kita."
Mak Sarinah tertegun, membiarkan hatinya berbunga-bunga. Berharap apa yang diinginkan bisa teraih.
Keduanya saling bertatapan, menikmati masa puber kedua mereka.
----------------
Di malam hari, di suasana Cafe yang terpencil dari kota. Musik bernuansa pop mengalun meriahkan suasana malam dengan lampu yang remang-remang.
Nampak di sekelilingnya banyak barak atau ruangan layaknya kost kost-an.
Beberapa perempuan berbusana seksi, berjalan hilir mudik menyambut mobil maupun motor yang lewat..
Di antaranya terlihat beberapa perempuan menggandeng pria dan memasuki salah satu ruangan yang ada.
Di sudut lain, di salah satu ruangan. Terlihat Mak Sarinah sedang berbincang dengan perempuan yang berdandan menor, bertubuh gemuk, nampak percaya diri dengan baju seksinya. Sambil sesekali menghembuskan rokok yang ada di tangannya. Di dampingi seorang wanita muda berpakaian seksi yang juga terlihat begitu menikmati rokoknya.
"Gimana Mami Layla, apa ada putrinya yang bisa jadi pasien saya," tanya Mak Sarinah.
"Aduuh Mak Sarinah, untuk saat ini belum ada, semua putri saya, aman-aman aja, gak ada yang telat datang bulan."
Mami Layla yang tak lain adalah seorang germo, sudah menganggap para pekerja sebagai putrinya.
Mak Sarinah terlihat kecewa, bermaksud pergi dari sana, ketika Mami Layla menegurnya.
"Tunggu Mak, saya perhatikan Mak Sarinah sekarang terlihat lebih muda dan segar, di tambah dengan perubahan busana Mak yang lebih modern."
"Aah... Biasa aja Mami Layla, cuma sekarang, saya lebih sering melakukan perawatan," Ujar Mak Sarinah lalu bergegas pamit pergi dari situ.
Mami Layla memandang kepergian Mak Sarinah dengan tatapan tajam.
"Dia pikir aku bodoh, bisa di kelabui, pasti Mak Sarinah memakai susuk, atau melakukan suatu ritual."
"Benar Mi, Mak Sarinah terlihat lain, saya juga yakin, ada yang di pakai Mak Sarinah," Perempuan yang bersama Mami Layla ikut menimpali.
----------------
"Gimana Mak, Mak sudah tanyakan sama Mbok Parinem, apa Menik sudah keguguran."
Kehadiran Rugayah di sore hari, menuntut janji Mak Sarinah padanya.
"Belum Rugayah, Mak, belum ketemu Mbok Parinem, tapi Mbok Parinem sudah janji, kalau sudah berhasil menggugurkan kandungannya Menik, bakal kasih tahu Mak, sabar dulu Rugayah, lagian mana mungkin Mbok Parinem melanggar janji, apalagi kita sudah membayarnya."
"Rugayah kesal aja Mak, sudah dua kali Mas Pardi ke rumah, minta izin sama Rugayah, untuk membawa Halimah, sementara tinggal sama dia, Mas Pardi mau keluar kota, katanya biar Halimah menemani Menik dulu."
"Lho.. Bukannya kamu sudah sepakat, untuk tidak melarang Halimah mau ikut Ayahnya, kapan pun Halimah mau."
"Iya! tapi Rugayah gak senang Halimah dekat dengan Menik."
Rugayah terlihat kesal.
"Ya sudah, besok, Mak datangi Mbok Parinem menanyakan tentang Menik, kamu sabar aja dulu."
"Terus gimana dengan alat-alat makeup Rugayah Mak, terutama lipstick Mak, yang sudah mau habis."
"Sabar dulu Rugayah, Mak sudah bilang, Mak belum dapat pasien."
Wajah Rugayah bertambah mendung, mendengar kata-kata Mak Sarinah.
------------
"Mbok Parinem mengembalikan uang kita Rugayah, katanya dia tak berhasil menggugurkan kandungan Menik, karena Menik sudah tak mengurutkan kehamilannya pada Mbok Parinem, entah kenapa Mbok Parinem sendiri gak tahu alasannya."
Mak Sarinah memberikan sebuah amplop berisi uang pada Rugayah, saat Rugayah kembali ke rumahnya menanyakan tentang Menik.
"Jadi gimana Mak, pokoknya Rugayah gak rela, kalau Mas Pardi dan Menik hidup bahagia."
"Mak juga gak tahu, tapi cobalah Mak pikirkan."
Keduanya saling terdiam, hingga Mak Sarinah bersuara.
"Tunggu! Bukannya kamu bilang, kalau Pardi mau pergi keluar kota, berarti Menik sendirian."
"Iya Mak, tapi ada Halimah yang menemani," Sahut Rugayah.
"Tapi kalau pagi kan Halimah sekolah."
"Gini aja, kita minta untuk Mbok Parinem pergi ke rumah Menik, pura-pura menanyakan keadaan Menik sambil menawarkan jamu buatan Mak."
"Ha! jamu apa Mak? " Rugayah terlihat penasaran.
"Jamu penggugur kandungan, dan biarkan Menik meminumnya dan mengira bahwa jamu tersebut bisa membantu dirinya melahirkan nanti."
"Apa gak berbahaya itu Mak, pasti bisa ketahuan. Kalau tiba-tiba Menik langsung keguguran."
"Kau kira Mak bodoh Rugayah, jamu buatan Mak itu prosesnya lambat tapi pasti. Jamu itu akan terasa panas perlahan di rahim, dan bisa membun*h janin dalam waktu sebulan, jadi tak akan ada yang curiga. Kalau Menik keguguran karena jamu itu."
Rugayah tersenyum senang mendengar ide Mak Sarinah.
Namun di luar rumah, tanpa mereka sadari, Halimah mendengar semuanya.
Halimah yang bermaksud mengunjungi Mak Sarinah, neneknya tanpa sengaja mendengar semuanya.
Butiran bening mengalir perlahan dari kedua matanya.
Halimah pergi diam-diam menahan sesak di dadanya.
Gadis remaja berusia 15 tahun itu tak mengerti kenapa Mama dan neneknya ingin berbuat jahat.
"Aku harus mencegah Mama berbuat jahat, dan menyelamatkan tante Menik."
Bersambung...
By, Siska Ika