Waktu berlalu, Rugayah senang dengan tabungan yang semakin bertambah, rumahnyai yang sedikit demi sedikit di renovasi oleh Rugayah, dan mobil mewah yang telah terparkir di halaman rumahnya. Tanpa menyadari raut wajahnya yang mulai menua perlahan-lahan.
Satu yang membuat hatinya terasa kosong, Halimah yang tak terlihat mendukung dan menyukai apa yang di lakukannya. Bahkan Halimah tak lagi meminta uang padanya, meski begitu Rugayah selalu memberi uang dan Halimah menerimanya.
Tanpa Rugayah ketahui, Halimah lebih sering menggunakan uang dari Ayahnya, dan menyimpan uang pemberian ibunya.
Mak Sarinah pun tersenyum senang menikmati hidupnya, beberapa kali dapat pasien, dan hubungannya dengan juragan Danu berjalan mulus.
------------
"Aaargh... sakit Maaak!" Teriak seorang perempuan, ketika Mak memasukkan sebuah alat ke kem*luannya.
"Tahan sedikit lagi." Ujar Mak Sarinah.
Nafas perempuan itu terdengar memburu kencang, menahan sakit.
Sementara seorang pemuda yang juga berada di situ, memegang tangan perempuan itu terlihat tegang.
"Gimana Mak?" Tanya pemuda itu.
Mak Sarinah tak menjawab. Keringat membasahi tubuh dan wajah Mak Sarinah.
Darah keluar dari kem*luan perempuan tersebut, beserta seonggok janin bayi yang belum sempurna.
Mak Sarinah kemudian menekan perut perempuan tersebut perlahan hingga darah kembali keluar, dengan cepat Mak Sarinah menampung darah tersebut dengan tempat berukuran kecil.
Mak Sarinah mengambil sebuah kain putih dan membungkus janin bayi tersebut dengan kain tersebut.
Lalu membersihkan sisa darah perempuan itu juga dengan kain berwarna putih.
Mak menanganinya dengan cekatan, memberi ramuan penghenti darah untuk perempuan tersebut.
Sang pemuda yang menemani perempuan tersebut bergidik ngeri melihatnya.
"Sayang, sakit" rintih perempuan tersebut pada pemuda yang menemaninya, yang tak lain adalah kekasihnya.
"Iya sayang, sabar ya," Sahut pemuda itu seraya mengelus dahi kekasihnya yang berkeringat.
"Aku sudah menuruti permintaanmu untuk menggugurkan bayi ini, ku mohon setelah ini jangan tinggalkan aku," Air mata mengalir di sela pipi perempuan tersebut.
"Tidak sayang, aku janji, tidak akan tinggalkan kamu," balas pemuda tersebut, lantas mencium kekasihnya.
Kilatan mata pemuda itu tak bisa membohongi hatinya.
Mak Sarinah hanya menggeleng perlahan melihat kemesraan keduanya.
"Perempuan bodoh, masih pacaran saja, dia sudah menghamilimu dan tak mau bertanggung jawab, tapi masih mau percaya kata-katanya," Batin Mak Sarinah.
Mak Sarinah selesai dan memberi perempuan itu segelas jamu.
"Minumlah, dan untuk sementara banyaklah beristirahat. Agar cepat pulih."
"Iya Mak, terimakasih."
"Kalian boleh istirahat sebentar sebelum pulang," Ucap Mak Sarinah lagi, lalu meninggalkan keduanya.
------------------
Di ruangan lain, Mak Sarinah melakukan ritual lalu perlahan mengeluarkan janin yang tadi di bungkusnya dengan kain putih.
Janin tersebut di peras darahnya oleh Mak Sarinah lalu di tampung pada sebuah wadah bercampur dengan darah yang keluar dari Kem*luan perempuan tersebut.
Sementara janinnya di potong-potong oleh Mak Sarinah.
Sesekali Mak Sarinah melakukan ritual kepada yang ghoib, yang di yakini nya.
Mak Sarinah menggunakan darah yang keluar dari kem*luan perempuan tadi dan janin bayi untuk membuat lipstick dan alat tata rias pengantin Rugayah.
Bayi yang belum lahir di anggap suci, dan masih memancarkan aura karena belum mengenal dosa dan dunia.
Karenanya Mak Sarinah, menggunakannya, agar pengantin yang di rias mengeluarkan aura kecantikan.
Dengan ritual kedua Mak memanfaatkan untuk dirinya agar awet muda, namun harus menumbalkan sang perias yang di sedot aura dan wajahnya perlahan-lahan akan menua.
Pantangan perias, tak boleh merias pengantin yang masih perawan. Jika perias melakukannya maka hawa panas di tubuhnya akan muncul dan pundak perias akan terasa berat.
Setelah melakukan ritual Mak berdiri dan mulai memilah sisa janin yang sudah dipotong kecil untuk di keringkan dan dijadikan pil oleh Mak Sarinah. Pil tersebut bisa menetralkan hawa panas dan pundak yang berat pada perias.
Setelah selesai Mak Sarinah tersenyum puas.
Di pikirannya terlintas wajah Juragan Danu, pria yang dicintai.
----------------
Malam semakin beranjak, di sebuah penginapan kecil, yang terletak di pinggiran kota, terdengar suara tawa dua insan yang berlainan jenis, di salah satu kamar.
"Aah.. Kang Danu bisa aja."
"Beneran Sarinah, masih menggigit seperti per*wan."
Senyum Sarinah merekah mendengar gombalan Juragan Danu.
Mak Sarinah segera keluar dari selimut yang menutupi tubuh polosnya dan Kang Danu.
Lalu melenggang menuju ke arah kamar mandi, membiarkan Juragan Danu melihat tubuh polosnya.
Mak Sarinah dan Kang Danu sering kali bertemu untuk menuntaskan asmaranya, meski keduanya belum resmi menikah.
----------------
Dengan santai Rugayah mengendarai mobil mewahnya menyusuri jalanan kampung menuju ke rumahnya.
Meski tahu para tetangganya sering kali berkunjung tentang dirinya, namun Rugayah, tak ingin memperdulikannya.
Sesaat di perjalanannya, tanpa sengaja Rugayah bertemu dengan Pardi yang mengendarai motornya berboncengan dengan Menik istrinya. Mereka berpapasan.
Terlihat Menik sedang berpegangan dengan Pardi sementara tangan kiri memegang perutnya yang terlihat buncit.
Rugayah mengerutkan wajahnya dengan bingung.
"Lho, kok Rugayah masih hamil ya, bukannya Mbok Parinem sudah memberinya jamu, agar Menik keguguran," Batin Rugayah.
Rugayah yang tadinya hendak pulang, memilih berbalik arah untuk menemui Mak Sarinah, meminta penjelasan.
Rugayah ingin memberhentikan mobilnya, tepat di halaman rumah Mak Sarinah. Namun mengurungkan niatnya ketika melihat ada sebuah mobil yang terparkir lebih dulu di halaman rumah Mak Sarinah.
Sebelum turun dari mobil, Rugayah memperhatikan mobil yang tersebut.
"Seperti ku kenal mobil ini," Pikir Rugayah.
Rugayah turun dari mobilnya seraya mengingat, mobil siapa yang terparkir di halaman rumah Mak Sarinah, dan seperti tak asing di penglihatan Rugayah.
Akhirnya Rugayah pun mampu mengingatnya.
"Ya ampun, inikan mobil Juragan Danu, mau apa dia ke rumah Mak Sarinah."
Rugayah perlahan-lahan memasuki rumah tersebut lewat ruang tamu yang tak terkunci.
Terdengar suara tawa khas Juragan Danu yang amat di kenal Rugayah. Rugayah mengintip dari sela-sela bufet yang menutupi ruangan lain.
Pandangan tertuju pada Mak Sarinah, yang terlihat mengenakan gaun seksi, terlihat belahan dadanya, sedang melayani Juragan Danu makan. Rambut Mak Sarinah tergerai basah.
Sepertinya Mak Sarinah habis selesai mandi.
Rugayah terus mengintip memperhatikan tubuh Mak Sarinah, Mak Sarinah terlihat begitu muda, tubuhnya pun tak seperti dulu terlihat kencang dan bersih.
"Habis makan, kita pergi ke penginapan lagi ya sayang, ngelihat kamu berpakaian seperti itu, hasrat ku naik lagi."
"Ha... Ha.. Ha.." Keduanya tertawa bahagia, dan membuat Rugayah merasa jij*k memperhatikan tingkah keduanya.
Bahkan Mak Sarinah tanpa malu duduk di pangkuan Juragan Danu, dan membiarkan Juragan Danu memgelus p*hanya.
"Sabar sayang, aku habiskan makananku dulu," ujar Juragan Danu.
Rugayah memilih pergi diam-diam, bergegas kearah mobilnya dan segera pergi dari situ.
Di perjalanan, Rugayah yang tanpa sengaja melihat wajahnya dari kaca spion, tiba-tiba terpikir sesuatu.
Rugayah menepikan mobilnya. Mengambil sebuah kaca dari tasnya.
Di perhatikannya wajahnya yang semakin menua.
"Kenapa wajahku semakin menua ya, dan Mak Sarinah makin hari terlihat awet muda. Apa jangan.. Jangan.."
Bersambung...
By, Siska Ika