Bukan Tentang Angka Semata

Ujian adalah hal yang menakutkan bagi sebagian orang, termasuk bagi seorang Arya. Meskipun terasa menakutkan, Arya sudah mempersiapkan diri dengan belajar dan berdoa. Tak terpikir sedikit pun untuk berbuat curang saat ujian berlangsung nanti.




Setelah melaksanakan salat subuh, Arya kembali membuka lembaran buku pelajaran  sebab ujian hari ini adalah sosiologi dan geografi. Benar-benar mata pelajaran yang menuntut Arya untuk menghafal dan memahami konsepnya secara matang.

"Sudah siap untuk ujian hari ini, Nak?" tanya Lisa, mama Arya.

"Insyaallah siap, Ma!"

"Bagus, Ar. Jangan lupa berdoa juga, semester lima ini menjadi semester terakhir untuk berjuang lolos di Perguruan Tinggi Negeri jalur prestasi," tambah Baskoro, papa Arya.

"Siap, Pa."

Selesai sarapan pagi dan berbincang kecil bersama mama dan papanya, Arya langsung berangkat ke SMA Negeri 17 tempat ia bersekolah. Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit berkendara dengan sepeda motor scoopy kesayangannya, sampailah Arya di Sekolah Menengah Atas Negeri 17.


"Pagi, Ar!"

"Pagi juga, Rid!" jawab Arya membalas sapaan Farid teman sekelasnya.

"Kamu udah belajar belum?" tanya Farid.

"Alhamdulillah. Aku udah belajar, Rid. Kamu sendiri gimana?" tanya Arya.

"Aku mah ga perlu belajar, Ar. Pinter-pinter aja cari kesempatan buat buka hp sama buku, nilai pasti aman," jelas Farid.


Arya dibuat ternganga dengan jawaban Farid, sebab Farid masuk dalam lima besar di kelas. Namun, siapa yang bisa menebak jika Farid bisa berpikir licik seperti itu untuk mendapatkan nilai tinggi. Arya terus berpikir positif dan percaya bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan dapat. Arya memegang prinsip itu.


Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB, ujian pertama sosiologi dimulai. Setelah menerima soal dan lembar jawaban ujiannya, Arya langsung membaca dan memahami soal demi soal untuk menemukan jawaban yang tepat.


Ujian pagi ini diawasi oleh Bu Retni Wahyuni, sebagian siswa di kelas itu begitu lesu dan sangat menyayangkan kenapa pengawas mereka harus Bu Retni Wahyuni. Sebab, Bu Retni Wahyuni terkenal dengan killernya, ditambah lagi ia tak akan duduk diam di kursinya. Ia akan berjalan keliling kelas memperhatikan setiap siswa, mewanti-wanti agar tidak ada siswa yang berlaku curang.


"Ar! Ar!"

Seseorang menepuk pelan punggung Arya dan memanggilnya dengan suara pelan. Saat Arya menoleh ke belakang, ternyata yang memanggilnya adalah Farid.

"Ada apa, Rid?" tanya Arya pelan. Ia takut dikira mencontek saat ujian oleh Bu Retni.

"Nomor 21 sama 22 apa isinya?" tanya Farid tanpa ragu.

Arya tak menjawab dan kembali fokus pada soal-soal di depannya. Namun, itu tak berlangsung lama karena Farid kembali memanggilnya dan menanyakan jawabannya.


"Maaf, Rid. Aku gak bisa berbagi jawaban!" jawab Arya tegas.


Jelas saja Farid memanggil Arya, karena pria itu tak bisa membuka handphone ataupun buku. Bu Retni terlalu jeli untuk itu, sepintar-pintarnya Farid melihat handphone, tetap akan ketahuan karena Bu Retni berjalan tanpa kenal lelah mengitari siswa-siswa yang diawasinya.


"Bilang aja kamu takut tersaingi, Ar. Percuma kamu belajar siang malem, karena pemenangnya tetep aku," ujar Farid sinis. Ia tak lagi menganggu Arya, karena menurutnya Arya terlalu pelit berbagi jawaban.


Arya pun tak terlalu memikirkan perkataan Farid. Baginya yang terpenting sekarang ia bisa fokus menyelesaikan soal-soal dihadapannya dengan baik.


Jika Arya tengah sibuk dengan kertas ujiannya, berbeda dengan Farid yang tampak gelisah dan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk meminta bocoran jawaban.


"Farid, kenapa gelisah dan menoleh ke kiri dan ke kanan terus dari tadi?" tegur Bu Retni.

"Tidak apa-apa, Bu," jawab Farid.


"Sudah, fokus saja pada soal di hadapanmu. Untuk kalian semua, jangan mengurus hal lain sewaktu ujian, apalagi jika berpikir akan berlaku curang," ucap Bu Retni mengingatkan.

"Baik, Bu." Anak-anak kelas itu menjawab dengan kompak.

Tak ada pilihan lagi, terpaksa Farid menjawab soal-soal tersebut dengan sembarangan saja. Harapannya pupus, tidak mungkin ia bisa mendapat jawaban jika Bu Retni yang mengawas.


"Bu! Apa boleh saya izin toilet sebentar?" tanya Arya pada Bu Retni.

"Apa kamu sudah selesai Arya?" tanya Bu Retni.

"Sudah, Bu. Tinggal mengisi identitas saja, tetapi saya ingin izin dulu," jawab Arya.

"Ya sudah, silakan," jawab Bu Retni.


Farid diam menyaksikan pembicaraan Arya dan Bu Retni. Setelah Arya keluar, Muncullah ide licik di otaknya.


"Selesai! Rasakan kamu Ar, makanya jangan pelit padaku," batin Farid tersenyum sinis.

Tak lama kemudian, Arya pun kembali masuk dan tak lama kemudian ia mengumpulkan lembar jawabannya ke depan. Kemudian, disusul oleh Farid yang sudah selesai juga.


"Kenapa Farid udah selesai aja ya? Bukannya tadi dia kesulitan saat ujian?" batin Arya.

Namun, Arya segera melupakan itu dan mempersiapkan diri untuk ujian geografi selanjutnya. Untuk ujian selanjutnya, akan berganti pengawas. Sebelum ujian kedua dimulai, semua siswa akan istirahat terlebih dahulu.

***

"Kenapa ujian sosiologi kamu hanya 3 butir soal yang betul Arya? Apa kamu tidak belajar?" tanya Bu Kasmawati, guru sosiologi kelas XII.


Setelah ujian selesai, Bu Kasmawati tetap masuk ke kelas untuk menagih tugas-tugas siswa yang belum lengkap. Namun, saat melihat Arya ia teringat dengan nilai anak itu yang sangat mengkhawatirkan. Dari lima puluh soal, Arya hanya mampu menjawab tiga butir soal yang benar.


"Saya malam itu belajar, Bu. Apa benar yang ibu sebutkan tadi?" tanya Arya memastikan.

"Benar, Arya. Ibu sudah memeriksa, bahkan untuk lebih meyakinkan ibu juga memeriksa secara manual lembar jawabanmu, tetapi tetap aja betulnya cuma tiga butir soal," jelas Bu Kasmawati.

"Apa boleh saya melihat lembar jawaban saya, Bu?" tanya Arya.

"Boleh."

Bu Kasmawati pun mencarikan lembar jawaban Arya dan memberikannya pada anak itu.


"Identitasnya memang benar tulisan tanganku, tetapi kenapa aku ragu dengan jawabannya dengan coretan ini ya? Rasanya aku kemarin gak ada pake tip-ex," batin Arya.

"Oh iya, selamat ya Farid. Nilai ujianmu 100, ibu bangga padamu!" ucap Bu Kasmawati.

Jelas Arya langsung kaget dengan pernyataan Bu Kasmawati, bagaimana bisa Farid mendapatkan nilai 100, sedangkan pada saat ujian ia tak fokus dengan soal-soal di hadapannya.


"Wah, Farid keren!"

"The best banget lu, Rid!"

"Insecure sama nilai si Farid!"

Masih banyak lagi ucapan teman-teman sekelas mereka.


"Bu, apa boleh saya melihat lembar jawaban Farid?" tanya Arya dengan suara kecil, yang mungkin saja hanya Bu Kasmawati yang mendengar.


Bu Kasmawati pun memberikannya pada Arya. Arya langsung mengamati lembar jawaban itu.

"Astaghfirullah, ini lembar jawabanku. Kenapa bisa sampai begini," ucap Arya dalam hati.

"Bu, lembar jawaban Farid itu punyaku!" ucap Arya yang didengar oleh teman sekelasnya.

"Apa maksud kamu, Arya?" tanya Bu Kasmawati menatap heran pada Arya.

"Dia iri tuh, Bu!"

"Arya gak bisa saingin Farid, makanya ngaku-ngaku."

"Arya akuin aja kalo lu di bawah Farid."


Masih banyak lagi ucapan teman-teman sekelasnya yang menjatuhkan Arya, bahkan mengejeknya.


"Iya, Bu. Arya memang selalu iri sama pencapaian saya. Padahal nilai dia jauh rendah dari nilai saya," ucap Farid.


"Izin, Bu. Arya benar, waktu itu saya melihat jelas bahwa Farid menukar lembar jawaban mereka sewaktu Arya izin ke toilet," jelas Nita.

"Dia bohong, Bu!" jawab Farid keras dan terkesan berteriak.

"Apa benar itu, Farid?" tanya Bu Kasmawati.

"Enggak, Bu!" jawab Farid.

"Tapi itu memang benar lembar jawaban saya, Bu!" ucap Arya.


"Baiklah, untuk memastikannya ibu akan kembali menguji kalian dengan soal ujian yang sama. Untuk membuktikan siapa yang berbohong dan siapa yang jujur," jelas Bu Kasmawati.


"Baik, Bu."

"Setuju, Bu."

"Mati aku, gimana ini," batin Farid.

****

"Farid, ibu benar-benar tidak menyangka dengan tindakan kamu ini. Tindakan kamu jelas saja merugikan teman kamu sendiri. Kami tidak pernah menanamkan karakter tidak jujur dan curang dalam diri kamu, ibu pun percaya bahwa orang tua kamu tidak mengajarkan itu. Tapi kenapa kamu bisa melakukan itu?" ucap Bu Kasmawati.


Ya, setelah dilakukan ujian ulang akhirnya terbukti bahwa Farid telah menukar lembar jawabannya dengan Arya.


"Maafkan saya, Bu. Saya terlalu asik bermain game waktu itu, sampai akhirnya saya ga belajar sama sekali," jelas Farid.


"Ibu harap kamu mempertanggung-jawabkan perbuatan kamu, Rid. Sekarang minta maaflah pada Arya," ujar Bu Kasmawati.


"Ar, maafin aku udah selicik itu sama lo. Maafin aku yang gelap mata, aku janji gak bakal ulangi lagi," ucap Farid penuh penyesalan.


"Aku maafin kamu, Rid. Aku tau kamu anak pintar, tapi jangan sampai kepintaran itu menyilaukan mata sampai kamu gak mau belajar. Jadikan ini pelajaran! Belajar gak hanya tentang angka, tapi ada proses di dalamnya."

34 Komentar

  1. Mantao sekli cerita dan diksi yg digunakan. Keren.

    BalasHapus
  2. Keren, ceritanya bisa menginspirasi dan memberi ilmi baru

    BalasHapus
  3. Cerita ini menginspirasi kita untuk selalu berusaha dan berjuang untuk mencapai keberhasilan,serta cerita ini mengajarkan kita untuk tidak selalu berfikir negatif terhadap orang lain

    BalasHapus
  4. Lutfia X.2

    Kritikan saya dalam cerita ini jangan pernah curang dalam melalukan sesuatu apalagi ujian karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

    BalasHapus
  5. Kritikan saya untuk cerita di atas
    ~Jangan pernah melakukan sesuatu yang curang hanya karna ingin dipuji.
    *Nilai /angka tak terlalu penting dalam menuntut ilmu,Karna tidak selamanya orang mendapatkan nilai tinggi dengan cara jujur,tapi YANG sangat penting dalam menuntut ilmu adalah proses proses yang dilakukan dengan usaha.(Karana tidak ada usaha yang menghianati hasil).

    BalasHapus
  6. *karna tidak ada satu usaha yang mengkhianati hasil*

    BalasHapus
  7. Mirdawati X.2

    Kritikan saya untuk cerita diatas adalah jangan pernah bermain curang dalam melakukan apapun dan jangan jadikan kepintaran sebagai alasan untuk bermalas-malasan belajar, karena akan merugikan diri sendiri

    BalasHapus
  8. Cerita ini menginspirasi kita untuk selalu berusaha dan berjuang untuk mencapai keberhasilan,dan juga ceritanya bisa menginspirasi dan memberi ilmi baru.

    BalasHapus
  9. Kritik saya tentang teks diatas adalah kamu tidak boleh mengambil soal orang lain demi ingin dipuji dan dapat nilai tinggi kita harus belajar karena kesuksesan akan ada proses nya.

    BalasHapus
  10. Kritikan saya, jangan lah berbuat curang sebaiknya belajar sebelum ulangan agar tidak berbuat curang atau menyontek karena perbuatan itu merugikan diri sendiri dan orang lain

    BalasHapus
  11. Nama: Nurul Izzah Maiasa Al Islami
    Kelas: 10.2

    Kritikan dari saya untuk cerita ini adalah, jangan pernah menyontek hanya untuk mendapatkan nilai bagus dan pujian dari orang lain. Menyontek mungkin membuat nilai kita lebih baik tapi membuat diri kita semakin buruk. Apalagi saat kita tidak dapat memperbaiki sikap dari menyontek, kita tidak akan pernah tahu sampai mana kemampuan kita sebenarnya.

    BalasHapus
  12. Andira nur amalia putri
    X.2
    Kritikan dari saya untuk cerita ini janganlah berbuat curang untuk bisa mendapatkan nilai yang bagus, berusahalah dan kerjakan sesuatu dengan jujur agar tidak merugikan orang lain dan dirimu sendiri

    BalasHapus
  13. Nama:RESA

    Kritik saya terhadap cerita diatas adalah
    Janganlah melakukan kecurangan
    Demi untuk Kebahagiaan diri karna bisa merugikan diri sendiri dan
    Merugikan orang lain.

    BalasHapus
  14. Kritikan saya untuk cerita di atas
    ~Jangan pernah melakukan sesuatu yang curang hanya karna ingin dipuji.
    *Nilai /angka tak terlalu penting dalam menuntut ilmu,Karna tidak selamanya orang mendapatkan nilai tinggi dengan cara jujur,tapi YANG sangat penting dalam menuntut ilmu adalah proses proses yang dilakukan dengan usaha.(Karana tidak ada usaha yang menghianati hasil).

    Balas

    BalasHapus
  15. Nama: Nurmaulia
    Kelas: X.2

    Kritik saya terhadap cerita di atas ialah kita dapat mengambil pelajaran bahwa dengan berprilaku (Buruk) tidak jujur, iri maupun dengki dapat berdampak merugikan diri sendiri dan orang lain, sedangkan apabila kita memiliki sifat/perilaku yang (Baik) maka, akan berdampak positif pula bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Dan sedikit saran, rajinlah untuk menuntut ilmu tinggalkan zona nyaman untuk bermalas-malasan sebab tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu.

    BalasHapus
  16. Nama: Nurul ramadani
    Kls:X.5
    Kritikan saya dalam cerita ini adalah jangan pernah berbuat curang hanya karna ingin nilai yang tinggi karna itu dapat merugikan diri sendiri,tetap jujur meski jawaban tidak sepenuhnya benar intinya sudah berusaha melakukan sesuatu tanpa rasa curang.

    BalasHapus
  17. Kritikan dari saya untuk cerita ini janganlah berbuat curang untuk bisa mendapatkan nilai yang bagus, berusahalah dan kerjakan sesuatu dengan jujur agar tidak merugikan orang lain dan dirimu sendiri

    BalasHapus
  18. Nama: Miftahul janna
    Kelas: X.5
    Kritik saya terhadap cerita diatas adalah jangan pernah berbuat sesuatu yang curang hanya karna ingin mendapatkan nilai yang bagus dan ingin mengalahkan orang lain dengan cara yang tidak tepat,berusahalah dan kerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuanmu,bersainglah dengan cara yang tepat agar tidak merugikanmu dan tidak merugikan orang lain.

    BalasHapus
  19. Nama : Nur Hikmah
    Kelas : X.5
    Kritik saya dalam cerita ini yaitu,bahwa kita harus berusaha untuk mencapai sebuah keberhasilan,dan yang paling penting jangan pernah melakukan sesuatu yang curang seperti menyontek pada saat ujian,karena hal itu dapat merugikan diri kita sendiri.

    BalasHapus
  20. NAMA:ASTI
    KELAS:x.5
    Menurut saya cerita diatas sangat bagus, karena dapat mendorong kita untuk selalu berusaha dan tidak menyerah dalam segala hal walaupun kita tidak tahu bagaimana hasil dari usaha kita itu. serta memberikan pelajaran bahwa siapa saja yang bersifat buruk, salah satunya iri hati kepada orang lain akan berdampak buruk pula pada diri kita sendiri baik sekarang maupun di waktu yang akan datang.

    BalasHapus
  21. Nama: Sri Wahyuni
    Kelas:X.2

    Jawaban:
    Kritikan saya dalam cerita tersebut adalah jangan pernah berbuat curang dalam melakukan segala sesuatu.Apalagi berbuat curang kepada teman sendiri karena dapat merugikan orang lain, terutama merugikan diri sendiri.Maka dari itu kita harus berusaha dan berjuang sendiri untuk mencapai keberhasilan, dengan cara belajar yang sungguh-sungguh.
    Teruslah berbuat baik kepada sesama teman maupun orang lain.

    BalasHapus
  22. NAMA : SAPRIADI
    KELAS : 10.2

    Kritik saya dalam cerita tersebut adalah jangan pernah sesekali berbuat kecurangan karena dapat berdampak buruk bagi orang lain dan diri sendiri maka dari itu hilangkan pikiran" negatif

    BalasHapus
  23. DIAN PRAMITHA X.2

    Kritikan saya: Segaiknya melakukan persiapan yang matang sebelum ujian agar tak kalang kabut saat ujiannya telah tiba. Karena hal tersebut hanya akan merugikan dirimu sendiri dan bisa juga merugikan orang lain.

    BalasHapus
  24. Nama : Nursyahira
    Kelas : X2

    Jawaban
    Kritikan saya tentang cerita tersebut adalah
    jangan pernah berbuat tidak jujur dan curang karna perbuatan tidak jujur dan curang bukan hanya merugikan diri kita sendiri melainkan juga dapat merugikan orang yg menjadi korban atas perbuatan tersebut , minta maaf dan tanggung jawablah jika kamu memang bersalah

    BalasHapus
  25. Nama:Nur Alam
    Kls:X2

    Ketikan yang saya dapat adalah Cerita ini menginspirasi kita untuk selalu berusaha dan berjuang untuk mencapai keberhasilan,dan juga ceritanya bisa menginspirasi dan memberi ilmu baru.

    BalasHapus
  26. NAMA: SITI ABITHA KIRANI
    KELAS:X2

    Keritikan tentang cerita tersebut menurut saya yaitu ketika kita mengetahui akan di adakannya ulangan sebaiknya kita mempersiapkan diri dengan belajar, bukan dengan bermain gem agar ketika melaksanakan ulangan,kita dapat mengerjakannya dengan baik dan benar tanpa harus berbuat curang dengan menyontek milik teman sendiri atau dengan berbuat curang yang dapat merugikan orang lain maupun diri kita sendiri.

    BalasHapus
  27. NAMA : Nabila
    KLS. :X2
    ("Belajar gak hanya tentang angka, tapi ada proses di dalamnya.")

    Jadi jangan curang dalam suatu hal karna anda sendiri yang akan merasah rugi dan orang lain.

    BalasHapus
  28. Kritik saya adalah cerita ini terlalu panjang dan tidak menyajikan detail yang cukup untuk menggambarkan situasi dan karakter. Beberapa bagian dapat disingkat untuk meningkatkan kesederhanaan dan meningkatkan efektivitas cerita

    Moral dari cerita ini adalah jangan pernah berbuat curang karena akan berakibat buruk bagi kita. Jangan pernah berpikir untuk mengambil jalan pintas untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Jika bekerja keras dan jujur, Maka hasil yang kita dapatkan akan lebih baik dan berkualitas.

    BalasHapus
  29. Nama: Irfandi
    Kelas: x.2

    Kritik saya dalam cerita ini adalah jangan pernah berbuat curang hanya karena nilai yang tinggi karena itu dapat merugikan diri sendiri

    BalasHapus
  30. Kritikan saya tentang cerita di atas adalah
    Lakukan apapun semampu selama itu hasil kerja keras mu pasti akan berkesan,kecuali kau bermain curang itu hanya memberi mu penyesalan.

    BalasHapus
  31. nama:m irfan maulana
    kelas: X 2
    keritik sayq adalah dengan cerita saya adalah cerita tersebut memberikan kita gambaran agar seluru jalur dan tidak berpikir negatif pada seorang melainkan kita harus berpikir positif

    BalasHapus
  32. Nama:Muammar rahman
    Kelas:x.2

    Kritik saya adalah dengan cerita saya adalah cerita tersebut memberikan kita gambalan agar selalu jujur dan tidak berpikirkan negatif seorang melainkan kita harus berpikir positif

    BalasHapus
  33. Nama:Ghasa al gasali
    Kelas.:x.2

    Kritik saya adalah dengan cerita saya adalah cerita tersebut memberikan kita gambaran agar selalu jujur dan tidak berfikiran negatif seorang melainkan kita harus berfikir positif

    BalasHapus
  34. Nama:Adli fairus
    Kelas:X2

    Kritik saya adalah dengan cerita saya adalah cerita trsebut memberikan kita gampalan agar selalu jujur dan tidak berpikiran negatif seorang melainkan kita harus berpikir positif

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak